Dilarang Angkat Film Raja dan Biksu

SENSOR film di negara mana pun selalu ada. Thailand pun memiliki badan sensor film yang tugasnya mengedit film-film sebelum beredar di pasaran.Semula badan sensor ini ditangani oleh polisi nasional. Kemudian sejak September 2005 mulai diambil alih oleh Menteri Kebudayaan. Memang sama dengan di Indonesia, lembaga sensor film di bawah naungan Menteri Kebudayaan dan Pariwisata.Dalam urusan sensor ini memang perfilman di Thailand memiliki aturan yang cukup ketat. Jangan harap ada film yang menyoroti tentang kehidupan kerajaan atau politik bisa diputar di Negeri Gajah Putih. Itu tidak akan terjadi. Biasanya film-film yang menyoroti masalah kerajaan atau kehidupan politik tidak bisa diputar.

Film The King and J yang diambil dan novel Anna and the King of Siam karya Margaret Landon yang dibuat oleh Hollywood menuai kontroversi di Thailand.Film itu tidak boleh diputar karena menyangkut kehidupan kerajaan. Film musikal buatan 1956 itu mengantarkan Yul Brynner meraih Oscar sebagai aktor terbaik.Film ini sudah dibuat tiga kali. Sebelumnya pada 1946 dan terakhir pada 1999 dengan bintang Chow Yun Fat dan Jodie Foster. Andy Tennant sang sutradara cukup bagus mengemas hlm tersebut menjadi kisah drama roman.

Film tersebut menjadi terlarang di Thailand, ketika mulai disinggung kehidupan Raja Mongkut yang menganut poligami. Keberatan-keberatan itulah yang membuat hingga kini tidak ada film Thailand bersumber keluarga kerajaan.Selain masalah kerajaan, keberadaan para rohaniwan Buddha juga menjadi isu sensitif. Pernah ada hlm indie besutan sutradara Apichatpong Weerasethakul, Syndromes and a Century, yang menampilkan biksu yang sedang memainkan gitar atau main PlayStation menjadi perdebatan di masyarakat. Gambar itu langsung digunting. Hanya saja untuk urusan adegan seks, sensor Thailand masih memberikan kelonggaran