Dunia Infotainment Semua Di Ulas Disini dan Semua Gosip-Gosipnya

Selamat Datang Di Media Infotainment Indonesia

Tumpukan Lipat Gaun Pengantin

Detail lipit dan anyaman sudah menjadi ciri khas gaun rancangan Ham Ibrahim Begitupun sejumlah gaun malam dan pengantin yang ditampilkan oleh perancang asal Bandung ini di pameran pernikahan yang mewah di Grand Ballroom RiU-Carlton, Pacific Place, Jakarta, Sabtu pekan lalu.
Dalam rancangan gaun pengantin Harry memainkan lipit yang bertumpuk-tumpuk itu. sehingga membentuk siluet tubuh putri duyung. Kemudian ia mengkombinasikan gaun itu dengan aksen mengembang atau berbentuk balon pada bagian dada atau bagian bawah Pola lipit bertumpuk yang hendak ditonjolkan oleh Ham- ini merupakan sambungan dari koloksinya tahun lalu, yang ia tampilkan dalam Jakarta Fashion and Food Festival. Bedanya, jika pola lipit tahun lalu lebih teratur, kali ini polanya lebih acak.

Untuk gaun pesta, Harry menyelipkan unsur tekno dengan mengusung warna emas. Aksesori yang ia terapkan berupa kalung lebar hingga ke dada dengan batu-batuan kotak. Sepintas gaun pesta itu terlihat seperti busana Ratu Mesir Cleopatra. Kesan Cleopatra sebenarnya sesuatu yang tak sengaja muncul. Awalnya, ia ingin mengangkat kembali aksesori zaman dvilu yang umumnya berbentuk kotak atau kubus. "Sebenarnya tidak mengarah ke negara tertentu, seperti Mesir. Itu tidak sengaja," ujar desainer kelahiran 15 Desember 1971 ini.

Harry adalah salah satu perancang dalam perhelatan bertema "Five Star, East Meets West Part 2"itu. Perancang ternama dengan spesialisasi masing-masing juga ambil bagian, misalnya Didi Budiardjo (dalam busana pengantin gaya tradisional), Eddy Betty (muslim kreasi), Rusly Tjohnardi (Padang), serta Ferry Sunarto dan Hengky Kawilarang (Jawa).Tidak ketinggalan koleksi Sebastian Gunawan dengan busana pengantin In-dianya, busana pengantin Cina rancangan Andreas Odang, dan busana pengantin Korea karya Elly Be Gorgeous.

Malam itu, seluruh dinding Grand Ballroom ditutupi kain hitam. Begitu pula dengan deretan kursi yang mengelilingi panggung, sehingga muncul kesan dramatis.Panggungnya berciri musim semi dengan limbunan bunga sakura. Tema panggung ini memang tidak selalu cocok dengan presentasi dari para perancang. Misalnya untuk busana-busana pengantin berwujud kebaya. Namun kebaya yang lekat dengan gaya etnis Jawa ini di tangan Ferry Sunarto dan Hengky Kawilarang tereksplorasi menjadi gaun pengantin yang modem.

Hengky mengatakan eksplorasi kebaya-nya bisa dipakai oleh etnis mana pun, seperti Melayu, Kalimantan, Cina, dan Papua. "Roknya bisa diganti dengan kain apa pun," katanya. Ia memang menginginkan kebaya tampil lebih modem, tidak mumi tradisional.Hengky, yang mengusung tema "Romantic Garden", ingin mengembangkan detail yang modern dan sederhana. Ia menghindari bentuk-bentuk yang umum, seperti lebar pada bagian bawahnya atau berbentuk balon, yang menurut dia terlalu berat. Hengky mengaku tahu bahwa setiap perempuan punya karakter dan impiannya masing-masing tentang gaun pengantin. Tapi, bagi dia, wanita yang cantik adalah mereka yang tampil dengan tak berlebihan, yakni tidak menyatukan beberapa tema sekaligus.

Teriman Kasih Semua Atas Dukungan Dan Informasi Untuk Pengembangan Web Ini Semoga Kedepan Akan Semakin Baik (april-09-2010)