Dunia Infotainment Semua Di Ulas Disini dan Semua Gosip-Gosipnya

Selamat Datang Di Media Infotainment Indonesia

Harmonisasi Vokal Paragita yang Menghanyutkan

Diiringi denting piano, paduan suara mahasiswa Paragita Ui, unjuk kebolehan dalam konser / Got Rhythm Class of 2009. Beberapa nomor klasik mengalun dengan latar tata panggung menarik. Dibagi atas dua babak, paduan suara yang berdiri sejak 1983 ini menampilkan dua penampilan yang berbeda dengan genre musik dan kostum berbeda pula. Babak pertama diisi dengan lantunan musik klasik dan olah vokal yang kompak.

Dibalut kostum serba hitam dengan sabuk jingga, sekitar 30-an laki-laki dan perempuan berdiri menghadap konduktor Agus Yuwono, dan masing-masing tampak memegang buku lagu di tangan. Lalu suara sopran, alto, tenor, dan bass menyatu dalam lantunan lagu pembuka Przybadz Duchu Swiety (Come Holy Spirit) op 61.

Malam itu, di Goethe Haus, Jakarta, Jumat (30/4), PSM Paragita UI membawa penonton yang memadati ruang konser ke lantunan vokal yang menghanyutkan. Jernih dan harmonisasi yang pas. Babak pertama, grup ini berhasil membawakan lagu-lagu klasik tanpa cela. Setiap pergantian lagu diikuti juga dengan perpindahan barisan. Semuanya ditata sedemikian rupa, ada lagu yang men-gelompokkan suara sopran, alto, lalu tenor dan bass. Pengelompokan ini berhasil membuat lagu lebih terdengar kompak.
Mencapai klimaks, begitu mereka membawakan lagu bertempo cepat dan membu-tuhkan kematangan berolah vokal, seperti nomor Ecce Quam Bonum (psalm 132) Mo-tettefurfunfgemische Stimmen (Hans Leo Hassler) dan Trois Chansons (Maurice Ravel).

Di beberapa lagu, ada satu penyanyi pria dan perempuan yang maju ke depan untuk mengisi satu suara yang diikuti kemudian dengan menyanyi bersama-sama. Sahut-menya-hut ini terdengar menarik danmengesankan. Jika di babak pertama pianis Bali Susilo hanya bermain sebagai penanda untuk pergantian lagu, di babak kedua ia tampil untuk mengiringi penyanyi. Ada sembilan lagu yang ia iringi dengan apik dan sesuai dengan hentakan vokal PSM Paragita.

Di antaranya, ada lagu And in the Evening Star (Audrey Snyder), First Love (Utada Hikam), /// Fell (John Lennon dan Paul McCartney), Man in The Mirror (Michael Jackson), dan September (Maurice White, Al McKay, dan Alee Willis).

Beberapa lagu di atas dibawakan dengan sangat energik. Berbeda dengan babak pertama, pada babak kedua mereka membuat penonton turut berayun dengan aksi tarian yang kompak. Saat lagu Tea for Two, mereka menaruh buku lagu yang tadinya di tangan, ke atas lantai dan semuanya bersusun rapi dengan ayunan tangan dan kaki menari mengikuti irama.

Alat musik contra bass yang dimainkan oleh Alvin Dwiana turut menambah bunyi yang menarik hingga akhir penampilan. Lagu ln the Mood (Joe Garland) dan / Got Rhythm (George dan Ira Gershwin)sebagai penutup diusung dengan kompak dan berkesan.

Sesaat sebelum usai, agaknya penonton belum mau beranjak. Dan Agus sebagai koduktor menambahi satu lagu pilihan, Lihatlah Lebih Dekat (Sherina) sebagai pamungkas. Setidaknya, lagu satu ini menjanjikan dan membuat beberapa penonton riuh mengikuti irama.

Jika melihat penampilan grup paduan suara mahasiswa Ul ini secara keseluruhan, kentara kalau persiapan untuk konser sudah dipersiapkan dengan matang, mulai dari perpindahan lagu, barisan, pilihan untuk penyanyi suara satu, hingga kostum. Dengan kematangan itu juga, rasanya konser ini tidak memiliki ruang untuk protes. Penampilan grup ini juga dijadwalkan untuk turut tampil di festival paduan suara nasional di Bandung mendatang

Teriman Kasih Semua Atas Dukungan Dan Informasi Untuk Pengembangan Web Ini Semoga Kedepan Akan Semakin Baik (april-09-2010)