Dunia Infotainment Semua Di Ulas Disini dan Semua Gosip-Gosipnya

Selamat Datang Di Media Infotainment Indonesia

Makin Senja makin Mantap

Di usia senja, Ki Manteb Sudarsono meneima Nikkei Asia Prize Award. Ia masih bersedia ndalang tanpa bayaran. Widjajadi HATI Ki Manteb Sudarsono masih terkaget-kaget pekan lalu. Seseorang dari penerbitan koran terbesar di Tokyo, Jepang, Nihon Keizn Shimbun (Nikkei) menelepon, mengabari ia akan meraih penghargaan budaya dari Nikkei Asia Prize Award."Dia tanya, apa saya bisa ke Jepang pada 19 Mei untuk menerima penghargaan. Saya sungguh tidak tahu, siapa yang merekomendasi saya untuk menjadi nominasi. Sebab saya memang tidak pernah mengirimkan aplikasi ke sana," cerita Manteb di rumahnya, di Desa Blulukan, Colomadu, Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah, pekan lalu.

Karena bingung, Manteb menanyakan perihal itu kepada Hiromi Kano, seorang sinden asal Jepang yang selama ini sering ikut dalam pakelirannya. Barulah terungkap, perusahaan penerbitan koran bertiras 3 juta eksemplar itu mendapat usulan nama Manleb dari Kedutaan Jepang di Jakarta. Mereka merasa prihatin melihat kesenian tradisional wayang kulit yang semakin meredup di banyak daerah, padahal kesenian itu sudah menjadi bagian dari warisan budaya dunia.


Adapun pada saat yang sama, pada diri Manteb, mereka melihal sosok dalang yang tidak kenal lelah dalam membangkitkan kesenian tradisi pakeliran di tengah masyarakat luas. Selain menerima undangan, sebagai seorang dalang senior, Manteb memang sering menggelar wayang kulit di sejumlah daerah tanpa ha-rus dibayar.
Bahkan ia pernah mendalang gratis selama 24 jam 28 menit tanpa henti untuk Ultah RRI Semarang secara gratis. "Ya, keinginan seperti itu muncul begitu saja, lombok (menambah modal) tidak apa-apa. Yang penting kesenian wayang tetap dicintai dan hidup di tengah masyarakat," timpal Manteb.
Penghargaan Nikkei Asia Prize Award adalah penghargaan bagi orang Asia yang berprestasi luar biasa, yang mampu meningkatkan kualitas hidup warga di benua itu dalam bidang kebudayaan, pertumbuhan pembangunan manusia, dan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.

Penghargaan Nikkei Asia Prize Award rutin diberikan tiap tahun. Namun, baru sedikit orang Indonesia yang meraihnya. Sebelum Manteb, penerima Nikkei Asia Prize Award antara lain ahli ekonomi era Orde Baru Prof Dr Widjojo Niti-sastro dan aktris Christine Hakim. Namun, bedanya; nama Mantebdiajukan orang Jepang sendiri.
"Saya sungguh senang bisa menerima penghargaan Nikkei Award, di antara segelintir anak bangsa yang dipilih. Pemerintah saja tidak pernah peduli, ini ada lembaga internasional bersedia menghormati karya-karya kesenimanan saya," imbuh suami Erni itu.
Senin (17/5) malam, Manteb bertolak ke Tokyo, Jepang, didampingi pengamat wayang Sudarko Prawiroyudo, Hiromi, dan Eni. Ia bersiap memen taskan lakon singkat jika memungkinkan. "Sudah saya siapkan, bagian dari kisah Ramayana. Namun, lakonnya apa nanti disesuaikan saja di sana," ujar Manteb yang dijuluki dalang setan itu.
Kenyang pengalaman Manteb mengaku menjadi kondang sejak mendalang lakon Banjaran Bima pada awal 1990-an. Perjalanan kesenimanannya penuh liku dan tantangan yang tidak kecil. Namun, Manteb merasa puas, bahwa dari kerja kerasnya, dunia internasional bisa menikmati dan menghargai karya-karyanya.
"Saya ini sangat hormat kepada para guru, almarhum Ki Narto Sabdo dan Ki Gondo Sudarman. Mereka itu yang mendukung saya luar biasa," ujar Manteb. Prestasi besar yang mengiringi perjalanan seorang Ki Manteb Sudarsono adalah menjadi juara Pakeliran Padat se-Surakarta pada 1982. Lalu pada awal 1998, Manteb makin moncer dengan pertunjukkan kolosal di Museum Kepraju-ritan Taman Mini Indonesia Indah dengan lakon Rama Tambak.

Lalu pada 2004, Manteb memecahkan rekor Muri mendalang selama 24 jam 28 menit tanpa istirahat. Pada tahun yang sama, ia pergi ke markas PBB di New York, Amerika Serikat, untuk memainkan lakon Kedahton Singgpura. Saat itu, ia mewakili komunitas dalang Indonesia untuk menerima piagam penetapan Unesco terhadap kesenian wayang sebagai karya kebudayaan yang agung dalam bidang cerita narasi dan warisan indah yang berharga (masterpieces of the oral and intangible of heritage of humanity).

Menjadi kondang justru membuat Manteb makin merunduk, seperti padi. Dia menerima undangan mendalang di mana-mana, terkadang gratis juga. Di sela-sela kesibukan mendalang, ia membuat anak wayang .Jumlahnya sudah ribuan demi mempertahankan kesenian wayang. "Sebab bagaimanapun kesenian ini penuh dan sarat dengan filosofi kehidupan," ujar lelaki 61 tahun ini

Teriman Kasih Semua Atas Dukungan Dan Informasi Untuk Pengembangan Web Ini Semoga Kedepan Akan Semakin Baik (april-09-2010)