Dunia Infotainment Semua Di Ulas Disini dan Semua Gosip-Gosipnya

Selamat Datang Di Media Infotainment Indonesia

e Bintang Utara Jawaban Kegamangan Shanty

Siapa sangka, dua tahun lalu, Shanty-yang kita kenal begitu rame, percaya diri, dan pecicilan, itu terombang-ambing bimbang. Ia merasa terjebak di simpang jalan meneruskan karier sebagai penyanyi di genre musik di luar arus besar meski angin tidak sedang bertiup mendukungnya mengikuti mainstream dengan memedulisetankan kepribadiannya bermusik; atau pilihan paling ekstrem, yakni total berhenti berkarya, di industri musik?

Sebab, bukankah tanpa memiliki tambahan label sebagai penyanyi pun dirinya sudah dikenal publik sebagai bintang film dan model iklan? Tak terhitung teman dekatnya yang kemudian terjun ke1 dunia sinetron menerakan nama besar di jajaran bintang sinetron striping meski memang raga kian lelah dikejar setan bernama jam tayang. Haruskah ia pun mengambil jalan yang sama?
Dan benar, a friend in need is a friend indeed. Saat dara bernama lengkap Annisa Nurul Shanty Kusuma Wardhani Heryadie itu gamang-laiknya petinggi negeri mengambil sikap-teman-teman akrab yang dimintai pendapat menegasi keras. Mulai Dewi Sandra, Regi Chasmala, Maia Estianti, Deni Chasmala, hingga komposer pop kondang, Andi Rianto, tegas berkata tidak. "Tetaplah bertahan, Kawan. Angin mungkin saja menderu kencang dari haluan, tetapi bukankah dari awal pun kita sadar bahwa kita akan terus bertahan? Ayolah, kalau mau menyerah, mengapa tidak dulu di awal langkah?" Syukurlah, Shanty pun akhirnya terus menjejakkan langkah.

Itulah yang kini mewujud sebagai album kelimanya, Bintang Utara. "Dua tahun saya membawa-bawa lagu ke perusahaan-perusahaan rekaman besar. Semua menolak. Trennya tidak sedang ke situ, nanti susah jualnya," kata Shanty, menirukan alasan penolakan para pengambil keputusan di label-label besar itu. Jangan salah, saat menjajakan lagunya itu, bukan sekali dua Shanty justru ditawari lagu lain dan masuk rekaman. Shanty tegas menolaknya.
"Lagu-lagu itu memang kemudian sukses dibawakan penyanyi lain," kata dia saat bertandang ke Republika; pertengahan pekan lalu, dan menyebut dua lagu di antaranya. "Tetapi, susahnya memang nggak aku banget."
Mungkin, terdengar ganjil pengakuan Shanty ini. Ketika terombang-ambing itu, ia bahkan sempat menekur dan berintrospeksi. "Masih adakah tempat buat saya di industri musik negeri ini?" Untunglah, ibarat sifat cahaya yang ada dalam namanya, Nurul, Shanty pun tak pernah diam. Upayanya memancar ke sana ke sini itu membuahkan hasil. Ia bertemu Tompi. Penyanyi jazz yang dokter atau sebaliknya itu tak hanya meniupkan motivasi penuh-penuh ke dada Shanty. Tompi bahkan berani mengambil peran sebagai music director. Mereka berniat kuat membuat album kelima dengan sesedikit mungkin mempertimbangkan pendapat para penjaga otoritas di label-label ternama.

Kegembiraan itu belum lengkap. Langkah berikutnya bahkan membawa Shanty kepada pertemuan dengan label E-Motion yang bersedia memproduksi album tersebut. "Yang sangat menggembirakan, E-Motion tak begitu suka merecoki saya dalam berkarya," kata Shanty. Raut wajahnya tak berusaha menutupi betapa gembiranya ia, bahkan hanya dengan mengenang saat-saat itu.
Wajar karena, "Selama ini, saya seringberbenturan dengan keinginan label. Senang dong bila di sini apa yang saya inginkan tak banyak mengalami penolakan."

Tetapi, tenang saja, meski proses produksinya menempuh jalan heroik, Bintang Utara tetaplah sebuah album cinta. Dari berderet lagu yang ada, bahkan boleh dibilang semuanya bicara soal cinta. Ada "Waktu takkan Mampu", "Lebih Baik Jangan", "Penggoda Cinta", "Sampai Matiku", atau "Aku Masih Mencintaimu". Bahkan, "Gila" dan "Tinju" pun bicara cinta.
Yang membedakan album itu dengan album cinta lainnya, mungkin kematangan lagu-lagu dan liriknya. "Saya percaya, setiap jiwa memiliki pasangan tulang rusuknya sendiri," kata Shanty. "Dan, hanya cinta yang memungkinkan pasangan itu menyatu, tak sekadar bersatu." Fuih, alangkah filosofis.
Namun, Shanty sendiri mengakui, album itu memang filosofis, termasuk judulnya. "Bintang Utara, judul album itu, sejak lama dipakai dalam navigasi para pelaut, penjelajah negeri-negeri. Ia memandu mereka agar tak tersesat di laut luas," kata dia.'

Lalu, tak ada yang mampu membendung kata-kata itu meluncur bagai bah. "Di industri musik yang besar ini, saya mungkin hanya sebuah titik. Titik itu tak ingin tersesat dan gamang lagi menuju arah. Saya sudah tegaskan arah saya. Kini, tinggal upaya untuk menujunya."

Saat ini, Shanty tampaknya sudah bisa sedikit tertawa. Hanya dalam hitungan bulan, dua lagu dalam album itu tergolong jawara dalam urusan nada sambung. "Penggoda Cinta" bahkan sempat menclok di posisi puncak daftar lagu sebuah stasiun radio terkemuka. Semua bermula dari kata tidak.

Teriman Kasih Semua Atas Dukungan Dan Informasi Untuk Pengembangan Web Ini Semoga Kedepan Akan Semakin Baik (april-09-2010)